Tuesday, August 22, 2006

Rencanakan Keuangan Tanpa ''Menderita''

Saya merasa tergelitik setelah membaca buku Bp Safir Senduk, ''Siapa Bilang Karyawan Gak Bisa Kaya''. Karena memang background saya sendiri yang memang seorang karyawan (di sebuah instansi pemerintah malah --yang banyak dari orang bilang, gaji sebulan hanya cukup buat jajan). Untuk memberikan gambaran tentang saya, berikut saya sampaikan secara singkat pekerjaan, penghasilan dan pengeluaran saya per bulan.

Penghasilan : Rp 2,2 juta Pengeluaran : (dengan nilai nominal yang cukup signifikan dan pasti) - cicilan uang kuliah (Rp 600 ribu) - cicilan uang kuliah adik (Rp 400 ribu) - kost bulanan (Rp 360 ribu) Dengan pengeluaran yang pasti sebesar 1,4 juta tersebut, hanya Rp 800 ribu yang saya gunakan untuk meng-cover kebutuhan saya tiap bulannya (makan,transportasi,dll).

Dalam bukunya, Bp Safir menyampaikan bahwa merencanakan keuangan tidak harus '''menderita'', tetapi setelah saya mencoba ternyata untuk dapat menyisihkan sebagian penghasilan, tidak ada jalan lain selain harus sedikit menderita karena memang tidak ada sumber penghasilan yang lain sebagai back-up.

Keinginan untuk menggenapkan setengah dien (menikah, red) pun harus terus ditahan walaupun sudah begitu membuncah, karena alasan klasik seperti yang Bp Safir katakan ''modal''. Masih terasa sulit untuk membedakan mana kebutuhan dan keinginan karena keinginan itu sebenarnya merupakan suatu kebutuhan.

Dengan sedikit gambaran tersebut, mohon arahan dari Bp Gozali, bagaimana langkah yang tepat yang sebaiknya saya ambil menyikapi keadaan tersebut. Terima kasih.

Aan

Jawab:
Mas Aan, senang sekali menerima e-mail dari Anda. Alhamdulillah, sebagai seorang pegawai negeri sipil, Anda memiliki penghasilan yang jauh lebih besar dari para buruh dengan UMP Jakarta. Bahkan bisa sampai 2,5 kali lipat lebih besar dari para buruh tersebut.

Artinya, kalau gaji sebulan Anda hanya cukup buat jajan, maka jajannya Anda itu besarnya bisa jadi adalah 2,5 kali lipat dari para buruh pabrik di Jakarta. Memang betul merencanakan keuangan tidak berarti harus menderita, tapi bukan berarti tanpa pengorbanan. Pengorbanan dalam arti penyusunan prioritas, baik itu prioritas waktu maupun prioritas kepentingan. Kalau tidak salah yang Anda maksud dalam buku tersebut adalah ''Ketika Anda berhemat, berhematlah secara kreatif, bukan menderita''. Karena memang ada 2 cara untuk berhemat, hemat yang menderita dan hemat yang kreatif. Kalau mau berhemat, hematlah yang kreatif, bukan hemat yang menderita.

Contohnya, penghematan listrik. Bisa dilakukan dengan cara menderita yaitu mematikan semua lampu dan hidup bergelap-gelapan, atau hemat kreatif yaitu dengan menggunakan lampu hemat energi, menghindari beban puncak, dan sebagainya.

Kalau bicara perencanaan, itu artinya kita bicara jangka panjang. Saya yakin Anda punya rencana untuk masa depan Anda, Anda rela membayar uang kuliah yang cukup besar agar bisa mendapatkan manfaat yang sebanding, bahkan lebih. Entah itu berupa kepuasan batin, kenaikan pangkat, dan sebagainya. Begitu juga ketika Anda membayar uang kuliah untuk adik Anda, tentu Anda punya tujuan juga. Entah itu untuk membuatnya senang, wujud bakti pada orang tua, dan sebagainya.

Kembali ke poin tadi, Anda tidak perlu menderita, tapi Anda perlu menetapkan prioritas. Yaitu mengorbankan yang bisa ditunda atau yang kurang penting, untuk yang lebih penting atau yang tidak bisa ditunda. Pengorbanan saat ini, untuk mendapatkan kebaikan di masa depan. Itulah rencananya, agar nantinya setelah selesai kuliah, Anda bisa lebih mudah naik pangkat yang tentunya juga berujung dengan kenaikan penghasilan.

Adik Anda juga bisa mendapatkan pekerjaan, agar bisa ikut membantu keluarga. Anda tentunya sudah selesai membaca buku pak Safir tersebut dan tidak lupa dengan salah satu poin dalam buku tersebut, pengeluaran Anda bisa 20 - 25 pos, tapi pemasukan Anda cuma 1 pos. Anda sendiri mengatakan tidak ada sumber penghasilan lain yang memback-up. Itu masalah, dan perlu kita cari jalan keluarnya. Coba perhatikan kembali daftar pengeluaran Anda.

Kenapa harus mencicil uang kuliah sebulan sekali? bukankah pembayaran uang kuliah bisa dilakukan 6 bulan sekali. Artinya, kalau dilihat cash flow bulanan Anda, sebetulnya Anda punya surplus Rp 1 juta per bulan. Ada banyak usaha yang bisa dilakukan dengan modal Rp 1 juta, apalagi Rp 1 juta/bulan. Misalnya saja penjualan pulsa. Dengan modal Rp 1 juta sudah bisa menyediakan inventory 10 lembar voucher Rp 100 ribu dan bisa mengambil keuntungan Rp 20 ribu. Untungnya memang tidak seberapa kalau hasilnya langsung dikantongi. Tapi kalau diputar terus selama 5 bulan, keuntungannya bisa jadi lumayan besar.

Begitu juga dengan kost bulanan sebesar Rp 360 ribu. Logikanya, kost bulanan akan lebih mahal daripada kost tahunan. Sekedar masukan saja, mungkin Anda bisa berhemat (tanpa menderita) dengan mencari kost tahunan yang bisa lebih murah daripada kost tahunan.

Sedikit menyinggung masalah menabung, sebetulnya Anda masih bisa menabung setiap bulannya di luar surplus Rp 1 juta per bulan tadi. Bagaimana cashflow Anda pada tahun 2005 yang lalu? Saya yakin Anda merasa pas-pasan saja.

Bagaimana dengan cashflow Anda sekarang setelah ada kenaikan gaji sebesar 15%? mungkin juga masih pas-pasan. Kalau gaji lama dan gaji baru sama-sama pas-pasan, kenapa tidak hidup dengan gaji lama saja dan tabungkan selisihnya. Anggap saja Anda tidak naik gaji, toh sama saja pas-pasan juga. Kalau memang tercatat sedikit lebih besar dalam struk gaji Anda sekarang, langsung masukkan selisih tersebut dalam rekening tabungan. Nah, sekarang mengenai menikah. Saya tidak bisa menjawab apakah itu keinginan atau kebutuhan, karena hanya Anda yang bisa menjawabnya. Kalau menurut saya sih, menikah itu bisa jadi bukan hanya kebutuhan, tapi kewajiban. Kewajiban itu bisa jadi harus dilakukan segera, atau kewajiban yang masih bisa ditunda.

Nikah menjadi kewajiban jika sudah memiliki keinginan dan sudah memiliki kemampuan. Yang dimaksud dengan kemampuan tentunya termasuk juga kemampuan secara finansial. Tapi yang dimaksud kemampuan finansial bukan berarti mampu mengadakan resepsi pernikahan. Tapi mampu memberikan nafkah kepada istri kelak.

Mas Aan, demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf jika ada kata yang kurang berkenan.Wassalam.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home